Pak Cik Bram eps 2

Kamis, September 12, 2013 0 Comments A+ a-

Apa yang terjadi sebenarnya?

Pak Cik Bram punya cinta sejati. Gadis impian, begitu aku mengistilahkannya. Agar mudah diidentitasi kemudian. Pak Cik sudah akrab dengannya sejak kelas satu sekolah dasar dulu. Kelas 5 mereka mulai kirim-kirim surat. Kisah cinta monyet 70-an. Kucing-kucingan untuk mencoba pacaran. Kemudian mereka mulai backstreet saat kelas 3 SMP. Meskipun istilah backstreet pada saat itu belum lahir ke dunia mereka.

Tamat SMP mereka membuat tekad untuk mendaftar di sebuah SMA. Pak Cik masih ingat ia membonceng gadis kecilnya di tempat duduk belakang yang spesial ia buatkan di tukang kayu kampung sebelah. Kemudian membuatkan rangkanya dari besi. Gadis impiannya begitu cerah saat mereka akhirnya diterima di SMA itu. Takdir tuhan pun mengiyakan, mereka sekelas. Dari kelas satu sampai tiga. Semuanya berjalan seperti kehendak hati. Sampai akhirnya pada saat menjelang UNAS tanda-tanda itu muncul.

Tanda-tanda yang tidak diinginkan terjadi oleh Pak Cik ku. Gadis impiannya ingin masuk kuliah jurusan kebidanan.

Pak Cik sebenarnya mau mengalah mengikuti keinginan gadis impiannya untuk ikut sekolahnya. Tetapi ini hal yang diluar kemampuan Pak Cik. Sekolah kebidanan saat itu hanya menerima siswa wanita saja.

Setelah mereka berdua berumbuk, akhirnya ikhlaslah Pak Cik muda berpisah dengan gadis impiannya. Saat itulah mereka mulai jarang berkomunikasi.

Pak Cik mengambil D3 Teknik Elektronika di Universitas.

Singkat cerita Tuhan menakdir lain untuk kisah cinta Pak Cik. Gadis impiannya akan segera menikah dengan seorang sarjana muda dari kota. Pak Cik menerima isu ini dari teman sekolah semasa SMP mereka dulu, Marni. Pak Cik tidak percaya sampai akhirnya undangan itu ia terima. Ya. Undangan pernikahan dari gadis impiannya.

Pak Cik tidak habis pikir bagaimana mungkin gadis impiannya semudah itu melupakannya. Bagaimana mungkin semua ini terjadi. Bagaimana mungkin ini adalah benar-benar undangan dari Sarah. Gadis impian. Gadis masa kecil yang dulu selalu bersamanya. Ribuan pertanyaan ‘bagaimana’ memenuhi benak Pak Cik.

Pak Cik memutuskan untuk ikut kuliah pula. Ia membanting tulang bekerja keras agar bisa melanjutkan menuntut ilmunya. Ia membohongi seorang profesor di Jepang. Mengirim surat agar bisa belajar disana. Ia ingin meninggalkan sekelumit cinta sejatinya di desa. Ia pergi selama sebelas tahun sampai sekarang akhirnya ia bekerja di sebuah pabrik besar di Jepang. Beliau sukses. Uangnya banyak. Ia bahkan akan membangunkan sebuah unit pembangkit listrik tenaga mikrohidro di desa kami. Sayangnya ia belum bisa melupakan Sarah cinta masa kecilnya yang kini sudah punya empat orang anak. Yang paling tua akan segera melanjutkan  studinya di Jepang.


Disini ceritaku dimulai.