11 Tahun Terjadi

Selasa, September 10, 2013 0 Comments A+ a-

“Genap sebelas tahun sudah kejadian itu terjadi. Kakak masih ingat hujan dan petir menyambar membanjir desa semalam sebelumnya. Tangis penduduk yang mengaliri pipi, membasahi lantai-lantai kayu rumah panggung semalam setelah peristiwa itu menyelesaikan ceritanya.”

Cerita ini selalu diwariskan dari mulut ke telinga. Dari mulut-mulut orang-orang tua kepada anak-anaknya. Biasanya cerita ini disampaikan kepada mereka yang nakal. Barangkali bisa membuat takut mereka mendengarnya. Begitu menurutku.


Aku juga kebagian, maksudnya peristiwa sebelas tahun lalu itu diceritakan Kakak padaku. Padahal Aku tidak merasa nakal. Waktu itu aku kelas dua Madrasah Ibtidaiyah. Cerita menyeramkan itu kata kakak benar-benar terjadi. Pada malam hari. Saat orang-orang baru saja pulang dari surau. Suasana kampung kami begitu mencekam.

Aku sebenarnya lebih menganggapnya sebagai cerita karangan saja. Selain karena kejadian tidak masuk akal didalam cerita ini, ada beberapa versi juga pada bagian akhirnya. Misalnya saja, versi yang didapatkan Andi, Budi yang diceritakan ibu mereka, sama sekali beda dengan versi kakak. Meskipun konflik dan nama tokoh-tokohnya pun sama.

“Bud menurut kamu mungkinkah cerita sebelas tahun lalu itu bisa terjadi lagi?”
“Menurut saya yang bodoh ini, mungkin saja Ram.” Selama yang diatas berkehendak. Kata Budi merendah sambil menunjuk ke atas : Dedaunan pohon mangga tempat kami berteduh. “Kalau kamu Ram?” Andi melempar pertanyaan.
“Gak tau Ndi. May be yes may be no.”
“Kamu ?” aku balik bertanya.”Yang pertama aku sih nggak percaya kalau itu terjadi. Kedua kalaupun itu terjadi suatu saat nanti, ya uma kebetulan aja gak ada hubungan yang logis. Lagipula cerita itu lebih banyak bohongnya daripada benarnya. Cuma buat nakut-nakutin aja ”

Tiba-tiba langit menjadi gelap. Awan hitam bergulung menutup matahari. Padahal baru saja azan ashar berkumandang. Hari masih sore. Tidak lama hujan lebat pun turun. Diiringi dengan badai dan petir yang saling bergandengan. Aku, Andi dan Budi segera berlari kencang menuju rumah.

Kakak berkata, “Beginilah awalnya kejadian yang kakak ceritakan saat kamu kecil dulu Jar. Ini tanda-tandanya. Cepat kalian persiapkan bahan makanan, selimut dan obat-obatan. Sebentar lagi malam akan tiba dan peristiwa itu akan berulang.”

“Kita memang selalu jadi korban atas kebohongan yang mereka lakukan.”

“Apa maksud kakak?”

“Siapa mereka? Berbohong kepada siapa” Aku tidak henti-hentinya bertanya. Aku semakin tidak mengerti hubungan kalimat-kalimat yang dilontarkan kakak. Aku berharap cerita mitos itu hanya omong kosong.

“Aku mengerti Jar, Bud. Mengapa cerita ini berkaitan.”

“Kita sudah memilih dia dan kampung ini tetapi tiada mengawal dan membiarkannya sendiri dimakan setan.”