Hakikat Perbedaan dll.

Minggu, Juli 24, 2016 0 Comments A+ a-






Hakikat Perbedaan dan Status-status Line berupa Racauan Sekilas yang Lain serta Pembelaan Ringkas Tak Jelas

    1.      Terkadang hal-hal yang kita anggap normal itu menurut orang lain biasa saja.

Aku dibilang ikut aliran Cak Lontong ketika mengetik ini di status sosial mediaku. Satu pertanyaan pertama adalah : Apa artinya menjadi pengikut aliran tertentu pada tahun 2016 ini? Tidak tahu. Yang hampir jelas mungkin menjadi pengikut aliran kini menurutku sudah tidak relevan, yang ada ialah pengalur aliran. Menjadi pengikut barangkali menjadi budak semacam kerbau yang dicucuk hidungnya, sementara lebih sukaku menjadi orang bebal yang terus bertanya tentang nilai-nilai yang sudah mapan dan kompak. Apa sih? Tidak tahu.


Begini saja ini menurutku tentu menurut orang lain tentu saja mungkin berbeda. Aku sepertinya sedang ingin menyejajarkan dua hal yang berbeda tetapi sebenarnya sama saja. Dari struktur kalimat di atas mungkin bisa diambil atau tidak bisa juga kesimpulan bahwasanya sedang inginku mengungkap kebenaran, padahal tidak juga. Pada sepenggal kalimat pertama kelihatannya aku hendak membangun sebuah ekspektasi tentang sesuatu hal, aku tidak tahu juga apa itu sesuatu itu. Kalau ekspektasi mungkin hal yang diinginkan ya? Terkadang hal-hal yang kta anggap normal itu menurut orang lain... . Nah, pada tahap ini orang akan bisa menebak bahwa pengisi titik-titik mestinya adalah suatu yang tidak biasa atau abnormal. Tetapi itu bukankah biasa saja? Barangkali aku ingin juga menampilkan sesuatu yang tidak biasa dengan menulis ini. Mengisi kalimat yang biasa dengan kehadiran serentak tulisan yang tidak biasa. Aku tidak mengerti ini hanya racauan saja. Jika kau memikirkan lebih lanjut ada kemungkinan engkau sedang kurang kerjaan, atau jatuh cinta padaku atau barangkali : tidak tahu.

Ketahuilah mungkin bagimu durian itu benar-benar lezat tetapi bagaimana dengan orang lain? Terkadang juga sama dengan kau. Mengapa kau mesti kau berbeda dengan orang lain? Mengapa pula mesti sama? Tidak tahu. Belajarlah dari cicak yang bisa mendarat di pagu, berjalan di lantai, dan merayap di dinding.

    2.      Jangan-jangan kita bukan cuma hampir tetapi juga seakan-akan.

Kalau pernyataan seolah penuh ragu ini sudah pernah diutarakan orang-orang sebelumnya. Tidak usah kaubaca lanjutan tulisan ini. Barangkali tidak lebih baik juga kau tidak membacanya. Jadinya, silahkan tentukan sendiri. Sekarang atau lima detik lagi. Terserah.

‘Manusia hampir’ kalau tidak salah adalah bagian dari filsafat eksistensialisme. Begini runtutannya. Manusia adalah makhluk yang sedang menjadi. Artinya dia sedang berproses membentuk sebuah eksistensi, dan niscaya belum final. Dari itulah terminologi manusia hampir muncul. Iwan Simatupang kalau tidak salah, ya, dari beliaulah aku mendapatkan ide manusia hampir ini. Oke, untuk ‘seakan-akan’ ini menarik juga karena dalam bahasa Indonesia menurutku akan ini terkait juga dengan masalah temporalitas alias kewaktuan. Akan itu tentang perihal di waktu depan. Nah, jika manusia hampir adalah manusia yang mendekati suatu entitas, dan terkesan akan menuju, manusia ‘seakan-akan’ dibutuhkan untuk mengimbangi manusia hampir. Ia memberikan kehadiran sesuatu sebut saja ‘jarak’. Jarak dalam hal ini bukan tentang aspek ruang ataupun bisa juga ‘jeda’ tetapi bukan dalam ukuran waktu. Tetapi lebih kepada perbedaan yang menolak ‘hampir’. Ya mudahnya sebut saja pembeda.

   3.      Jika cinta adalah anugrah, maka uang ialah apa? #kuislailatulqadar

Pertanyaan ini sebenarnya dikarenakan saya sedang tidak punya uang, baik di dalam saku, maupun dalam atm/rekening. Akan tetapi saya berpikirlagi, bukankah saya sedang jatuh cinta? Tetapi tetap lapar juga. Nah jangan-jangan itu cuma persangkaan saya saja.

    4.      Jam beker atau jam weker sih padanan yang tepat buat Alarm Clock? Jam Waker mungkin ya !

Yang random ini sudah pernah terlintas di pikiranku sejak dulu. Kapan pastinya aku lupa, jadi untuk supaya tidak lupa yang kedua kalinya aku mencoba mencatatkannya di sini. Tentang jam sebenarnya aku juga punya memori yang sedih. Jam tangan pertamaku adalah jam tangan yang berlampu-lampu a la a la waktu itu aku masih sd. Dan hilang, dan setelah bertemu, sudah dalam kondisi patah. Maka aku sedih. Meskipun bisa di lem kembali, jam itu tetap sudah tidak sempurna. Yang mestinya pakai engsel kini (pada waktu itu ) jadi kaku. Kemudian jam yang punya lampu merah kuning hijau ini jam yang bisa berbunyi menyanyikan nada ‘padam api puntuang’ kata kakak. Setelah besar aku tahu itu lagu Auld Lang Syne.

Kemudian ada masa di rumahku hampir setahun tidak punya jam dinding, hanya mengandalkan hape. Itu sekitar aku kelas dua atau tiga SMP.

Jam dan ada pula dosen yang memperdebatkan antara jam dam pukul. Jam sebagai satuan atau besaran. Jam berapa sekarang? Pukul berapa sekarang? Berapa Jam UAS-nya? Jam satu satu jam.

  5.      Kangen itu ilusi. Nah coba jawab ini : Setelah mati, mau jadi apa ? Pertanyaan seorang boneka kepada dirinya sendiri yang kain. Yang bisa jawab benar akan dikeprok oleh Master Tarno. Sekaligus dibantu mati oleh Nietzsche sebab tidak tampak keilusiannya. #kuislailatulqadar

Kalau tentang ilusi ini aku ingat Haris dan Nietzche. Haris karena ia pernah bilang bahwa  sesudah tapi hanya ilusi. Kemudian Nietzsche karena kutipannya tentang kebenaran ialah ilusi yang tidak tampak keilusiannya. Barangkali ini ada efek juga aku tidak pulang kampung pada lebaran kali ini.

Ini juga terkait ketika fragmen Susan muncul dalam benakku, Susan, Susan kalau gede mau jadi apa? Tentang frase jadi apamelintas lagi imaji Mbah Tarno pesulap garing dengan rambut palsunya itu. Kembali ke Nietzsche tentang keilusiannya.

   6.      belajar membuat kalimat dalam bahasa Inggris : Every people must have a past, but not future. Every one deserves happiness, but not truth. Mungkin begini : Tiap orang suci punya masa lalu, Tiap pendosa punya masa depan. Entahlah

Ini sebenarnya ditulis dan diserap dari dua orang yaitu penjual Kamus Perancis Indonesia yang kubeli sekitar empat bulan lalu kemudian Wahyu Nugroho dosen sosiologi yang menjadi kawan fb-ku-yang menulis buku sosiologi eksistensialisme sartre itu. Sekaligus juga aku hendak menyemarakkan timeline idul fitri akun line dengan cita rasa a la kehendak.

   7.      ke mana harapan dan mimpi manusia pergi setelah ia mati?

Pertanyaan ini muncul setelah aku menonton wawancara Richard Dawkins di youtube.com lumayan lama sekitar 45 menitan. Kemudian teringat juga film What Dreams May Come-nya Robin Williams.

   8.      Matahari di atas Jembatan, Lebaran Hutan Impian

Rumput lebaran ingin menyalami
satu-satu setan yang baru saja
dilepas ikatannya oleh Tuhan
Rumput lebaran ingin menyalami
satu-satu insan yang baru saja
dianggap lulus ujian penyetaraan
Sapi-sapi tak sabaran mau main layangan di padang
bersama anak-anak tuyul hasil perkalian sungai dengan angin
Kapal terbang berharap mencoba menyaingi kapal selam dari sungai musi dan
makanan khas propinsi Palembang
hijau menghampar hijau menggelepar hijau belukar tempat bersemayam ular-ular
penggoda air mata di deras air sungai air danau air di mangkuk cekung kerinduan

Gelombang cahaya melintas berkelebat ke dalam smartphone
menandakan bulan baru mau berangkat ke dalam saku
tempat berkumpul bertimbun debu duka embun

Gelombang suara menguar di udara mencari rumah tempat siput
merangkak rindu

Gelombang nafsu mengakar menembus kelakar zakar yang berpijar di atmosfer
tubuh udara selimut jiwa

nah saatnya serius, setan sudah pura-pura bubar,
kambing sudah menyamar jadi tukang kebun dan cinta sudah menjadi lain
llin pun menjadi dingin seperti bunga lili

saatnya bercanda berpeluk mesra
dan saling mengecup a la a la
kalau dirasa belum cukup, tambakan doa
semoga semua puisi menyucikan makna
atas nama apa saja

Bandung, 2016

Nah kalaupuisi ini sebenarnya setelah membaca Museum Penghancur Dokumen dan Mendengarkan intens album Strangedays-nya The Doors.

Terakhir ada pertanyaan yang belum kuposting di LINE,  sebab malu.


0.      Aku juga ingin bertanya mengapa cinta anak-anak disebut cinta monyet? Padahal anak-anak terkenal dengan kejujurannya. Aku curiga memang manusia tidak lebih jujur daripada monyet. Cinta yang mengharuskan begini begitu yang sudah dibangun sendiri konsep mestinya oleh orang dewasa. Nah jika memang dewasa identik dengan bijak mengapa menonton film dewasa dianggap tidak baik? Entahlah.