Malin Kundang 2016

Minggu, Juli 24, 2016 0 Comments A+ a-

Malin Kundang 2016

Mudik adalah pulang kampung. Artinya orang-orang yang pergi merantau baik karena mencari uang, mencari ilmu yang nanti dipergunakan untuk mencari uang, mencari uang untuk menimbun kekayaan, namun akhirnya menemukan kehidupan yang melampaui soal uang. Atau apapun sinonim menyongsong kehidupan di masa yang akan datang. Kembali sejenak barang beberapa hari ke daerah tempat orang tua atau tanah kelahiran dan air bertumbuh.


Ada banyak orang yang menyebutnya sebagai kampung halaman. Makanya mudik identik dengan pulang ke  kampung. Tetapi apa artinya kampung ? Seolah orang kota sajalah yang mudik. Bila tentunya ia bukan penduduk asli kota tersebut. Ya, mungkin demikianlah adanya, mudik hanya kepunyaan perantau. Lalu bagaimana dengan orang kota yang sedang ke desa? Entahlah. Siapa pula yang begitu? Kota sudah menyediakan segalanya.

Kalaupun kampungnya adalah sebuah kota di Pulau Jawa, tetap saja kita sebut ia pulang kampung, pulang ke kampung, tetapi jangan tanyakan halaman berapa.

Dalam sebuah cerita rakyat di sebuah daerah di pesisir Sumatera ada anak namanya Malin Kundang, Malin ini artinya adalah orang baik-baik, alias alim atau malim. Mungkin diserap dari bahasa Arab ‘alim, mu’alim, orang yang berilmu. Ya orang yang berilmu tahu mana yang baik dan buruk, tentu, namun menurutku tahu mana yang baik dan mana yang buruk tidak otomatis membuat seseorang menjadi baik-baik, diperlukan setingkat kesadaran yang lebih tinggi, sebut saja ia kebijaksanaan. Asumsikan saja, orang dahulu berilmu pasti baik.

Malin merantau ke suatu negeri sampai ia lama tak pulang. Konon kabarnya si ibu yang begitu rindu mendengar kabar bahwa Malin sudah menjadi saudagar tajir di negeri seberang. Si Ibu antara bahagia dan cemas. Ia bahagia tentu melihat buah hatinya mendapati kehidupan yang sukses, cemas karena si anak tak pulang, pulang, jangan-jangan ada yang janggal dengan kehidupannya semua itu. Siapa sangka kepulangan Malin adalah bencana.


Aku kutip share-an seorang kawan di sosial media tentang mudik ini. Begini kira-kira isinya : Jika mudik membuat orang tuamu bahagia, maka mudiklah. Lalu tiba-tiba aku teringat malin kundang. Kami sekampung.