Alienasiku Bagian Pertama

Sabtu, Maret 02, 2013 0 Comments A+ a-

Aku mimpi jadi alien. Ditengah pesatnya perkembangan teknologi aku teralienasi. Aku terasa sebagai makhluk asing planet ini. Aku merasa bahwa penghuni dunia sebenarnya bukanlah manusia. Makhluk yang ‘berkuasa’ atas dunia ini adalah gadget serba canggih yang hanya dengan sentuhan jari bisa berdisko ria duapuluh empat jam. Yang dengan sentuhan jari bisa merekam kebobrokan moral manusia.
Di sudut koordinat kartesian tiga dimensi. Aku duduk memandangi sekitar. Kulihat banyak sekali kejanggalan diametral dengan kehidupan yang sedang kualami. Sebentar-sebentar sekumpulan wanita berjalan penuh percaya diri. Jika percaya diri itu seperti kopi susu. Maka percaya diri mereka tidak kurang dari empat gelas. Begitulah kira kira penuhnya percaya diri mereka. Dengan membawa segelas kopi susu mereka berjalan manja. Ternyata oh ternyata mereka sedang menuju sebuah lapangan. Sekumpulan lelaki sedang menunggu dengan bola yang sudah diam. Rupanya permainan basket itu membuat mereka kehausan. Tubuh mereka mengeluarkan air tanpa sengaja. Karena memang mekanisme biologis demikian. Keringat berkeluaran saat aktivitas berat, dan untungnya mereka punya pasangan wanita-wanita yang mau membuatkan kopi dengan tidak peduli tulus atau ikhlas. Tau apa mereka soal ikhlas? Yang penting status dan kesenangan.
Aku menjadi seperti orang yang cemburu buta kepada kenyataan di sekitarku. Aku menjadi teralienasi dengan duniaku sendiri. Aku merasa aneh saja. Aku yang aneh atau mereka yang tidak biasa?
Aku sendiri lebih eksaknya merasa sendiri. Sedangkan mereka merasa tidak sendiri. Nah jika mereka aneh pasti aku normal tapi sebaliknya jika aku yang aneh mereka pasti normal. Tapi di era demokrasi ini, jumlah adalah segalanya. Jika orang banyak sepakat itu benar, maka benarlah ia. Dan sebaliknya.
Apakah ini hanya prasangka burukku? Ah tak tau juga. Atau ini hanya prasangka burukmu yang membaca tulisanku ini?
Aku mungkin tidak bisa menjelaskan apa sebenarnya maksud dan tujuan serta latar belakang ada post ini di blog ini. Tapi tidak mengapa. Kita lanjutkan saja.
Aku sebenarnya kemudian mulai ragu dengan prinsipku. Aku sebenarnya punya rasa iri dengan pria yang bermain basket tadi. Ah lupakan.
Bukankah kata Muhammad Khairul Hamid IRI itu kalau dibalik juga IRI.
Ditepi keterasingan ini aku masih ingin berpegang pada prinsip yang kuyakini benar adanya. Tidak akan melakukan hubungan yang tidak legal. Mereka menamainya pacaran. Alasannya beragam. Jika aku berdebat dengan mereka aku pasti bisu dengan lemahnya kemampuan linguistik dan miskinnya pengetahuan serta pengalamanku. Yang penting aku sudah percaya prinsip. Prinsip bagiku adalah dogma bukan kesepakatan. Kesepakatan nafsu dan keinginan. Dogma. Kalau sudah masuk prinsip kau wajib taat aturan prinsip. itulah dogma. Tidak ada paksaan masuk prinsip. Tapi jika sudah prinsip harus taat.
Bersambung...